Batam, informasi jurnalis – Oknum Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Batam, Khafi dinilai tidak mampu memberikan hak klarifikasi terkait statement nya di sejumlah media online di Batam. Dimana omongan si Khafi tersebut mengatakan bahwa “Kalau bukan wartawan kompeten bersertifikasi Dewan Pers, itu premanisme berkedok wartawan”
Statement si Khafi tersebut seakan menghina profesi wartawan. bahkan ia merasa bahwa dirinya paling hebat, paling benar di muka bumi ini.
Bahkan, banyak orang menyebutkan bahwa si Khafi itu merupakan wartawan senior, ia juga pernah menguti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) pada tahun lalu.

Akan tetapi pada dasarnya bahwa manusia itu ketika baru mengenal dunia jurnalistik, atau baru menjadi wartawan bahwa semuanya berawal dari angka 0 (Nol)
Seperti dikutip dari salah satu grup WhatsApp (WA) “Konfirmasi Per” Batam, bawah wartawan Indonesia berawal dari Nol, dan semuanya awalnya belum UKW.
“Jadi bagi wartawan yang sudah UKW dirangkul beri edukasi pada wartawan yang belum UKW, dan yang hadir kemarin adalah wartawan-wartawan yang bukan tidak mau UKW, tetapi belum melaksanakan UKW,” Ucap nya, di kutip senin (16/6/2025).
Dia mengatakan bahwa yang hadir pada acara Forum klarifikasi pers yang digelar di Hotel Swiss merupakan wartawan yang sudah UKW.
“Dan ada juga beberapa wartawan senior yang sudah UKW ikut hadir dalam acara itu, untuk mendengarkan klarifikasi dari ketua PWI Batam,” Ucap nya lagi.

Sementara dalam arti senior. seorang wartawan senior diharapkan memiliki etika berbicara yang sopan. Etika berbicara yang baik, mencerminkan profesionalisme dan integritas seorang wartawan, serta membantu membangun hubungan yang baik sesama wartawan baik dengan narasumber dan menjaga kepercayaan publik.
Akan tetapi mengapa si Khafi yang disebut sebagai wartawan senior selalu menunjukkan sikap yang kurang sopan, seperti omongan anak di bawah umur, berbicara belepotan, dikit-dikit menantang orang. seperti di acara Forum solidaritas konferensi pers yang digelar di Hotel Swiss pada hari sabtu (14/6/2025).
“Kalau tidak Shur Main-main lah kita,” Ucap si Khafi sambil mengacungkan tangannya di hadapan para wartawan yang ikut menghadiri acara tersebut.
Sehingga prilaku si Khafi seakan mengundang amarah para wartawan yang ada di dalam ruangan Hotel Swiss tersebut.
Menurut kawan-kawan lainnya bahwa kalau tidak ada omongan si Khafi yang mengatakan bahwa kalau tidak shur main-main lah kita, kemungkinan tidak akan terjadi kericuhan.
“Ucapan dia itu lah yang membuat kawan-kawan wartawan marah. Seandainya kalau dia tidak mengatakan seperti itu, saya rasa tidak akan terjadi kericuhan. Seakan-akan dia provokator penyebab kericuhan itu,” Katanya.
“Bahkan, ada juga omongan si Khafi itu mengatakan di sejumlah media online bahwa, “Kalau bukan wartawan kompeten bersertifikasi Dewan Pers, itu premanisme berkedok wartawan,” apakah pantas omongan itu dia ucapkan.

“Padahal sudah jelas di peraturan Dewan Pers, berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, tidak ada kewajiban bagi wartawan untuk mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) agar dapat menjalankan profesi.
Dewan Pers juga menegaskan bahwa UKW bukanlah syarat mutlak untuk menjadi wartawan dan tidak diamanatkan oleh Undang-Undang (UU) Pokok Pers.
Namun, penting untuk dicatat bahwa, UKW adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme wartawan, meskipun tidak wajib, UKW bertujuan untuk mengasah kemampuan wartawan dan memastikan mereka memiliki kompetensi sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Kode Etik Jurnalistik tetap berlaku,
Wartawan, baik yang sudah UKW maupun belum, tetap terikat pada Kode Etik Jurnalistik dalam menjalankan tugasnya dan fungsi sebagai Wartawan,” bunyi alenia tersebut.
Bahkan, banyak omongan wartawan lainnya mengatakan bahwa si Khafi itu tidak pantas menjadi pemimpin.
“Si Khafi itu tidak pantas sebagai pemimpin kalau masih tidak bisa menjaga etikanya, yang namanya pemimpin itu harus bisa menjaga sikapnya. dan juga yang namanya pemimpin itu harus bisa memberikan contoh yang baik kepada kawan wartawan baik maupun masyarakat,” katanya(*)